Makanan Sehat untuk Melawan Pandemi Covid-19

Oleh Amelya Augusthina Ayusari

MENGHADAPI pandemi Covid-19 diperlukan kerjasama semua pihak, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah. Sebagai individu, seseorang dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dan 5M yang terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan.

Dalam menerapkan hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat merupakan salah satu upaya yang membantu pencegahan dan meghindari dampak buruk infeksi virus ini. Tujuan mengonsumsi makanan sehat adalah agar tercukupinya berbagai macam zat gizi yang dapat mengoptimalkan daya tahan tubuh melawan infeksi kuman penyakit, dalam hal ini virus Covid-19.

Apa sajakah makanan sehat untuk melawan dampak buruk infeksi virus Covid-19?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)makanan sehat merupakan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi seseorang, bergizi seimbang, berisi makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah-buahan yang bervariasi. Faktor yang menentukan kebutuhan gizi adalah berat badan, tinggi badan, usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis.

Dalam menghadapi infeksi virus, syarat makanan sehat yang perlu diperhatikan berupa kecukupan kalori, kecukupan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein), dan kecukupan vitamin dan mineral. Pemerintah indonesia telah menerapkan “Isi Piringku” sebagai panduan umum kebutuhan makanan seseorang. Dalam sehari, seseorang memerlukan 3 kali makan besar dan 2-3 kali kudapan/selingan, dan dianjurkan mengurangi asupan gula, garam dan lemak.

Vitamin dan mineral yang dibutuhkan di antaranya adalah vitamin A, D, E, C, B16, B12, asam folat, seng, zat besi, tembaga, magnesium, selenium dan lainnya. Meskipun penelitian mengenai zat gizi yang bermanfaat melawan virus Covid-19 melalui pengaturan daya tahan tubuh masih terus dilakukan, namun akhir-akhir ini vitamin C, vitamin D dan seng telah banyak diteliti manfaatnya dalam melawan dampak buruk infeksi virus covid-19.

Dalam pemenuhan kebutuhan harian akan zat gizi ini, seseorang perlu mengetahui angka kecukupan gizi (AKG). AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu untuk melaksanakan hidup sehat. AKG merupakan kecukupan rata-rata gizi sehari bagi hampir semua orang sehat di suatu negara. Berdasarkan AKG, kebutuhan vitamin C seseorang adalah sebesar 75-90mg/hari, vitamin D sebesar 15-20mcg per hari dan seng 8-11mg per hari.

Vitamin C banyak terdapat pada buah kiwi, jambu biju, cabai hijau, pepaya, brokoli, stroberi, lemon dan jeruk. Setiap 100 gram buah kiwi mengandung 92,7 mg vitamin C. Pada setiap 100 gr jambu biji mengandung 87 mg dan setiap 100 gram cabai hijau mengandung 84 mg.

Kemudian setiap 100 gram pepaya mengandung 78 mg vitamin C. Pada 100 gram brokoli mengandung 64,5 mg, setiap 100 gram stroberi mengandung 58.8 mg vitamin C. Lalu setiap 100 gram 100 gram lemon mengandung 50 mg vitamin C, dan setiap 100 gram jeruk mengandung 49 mg vitamin C.

Vitamin D banyak terdapat pada ikan kembung, ikan salmon, kuning telur dan ikan sarden. Setiap 100 gram ikan kembung mengandung 16,8 mcg vitamin, setiap 100 gram ikan salmon mengandung 13,7 mcg vitamin D, setiap 100 gram kuning telur mengandung 6,1 mcg vitamin D, setiap 100 gram Ikan sarden mengandung 4,8 mcg vitamin D.

Mineral seng banyak terdapat pada tiram, daging sapi, kepiting, hati ayam. Setiap 100 gram tiram mengandung 78,26 mg seng, setiap 100 gram kepiting mengandung 3,79 mg seng, setiap 100 gram daging sapi mengandung 5,2 mg seng, dan setiap 100 gram hati ayam mengandung 3,95 mg seng. Makanan-makanan ini mudah didapatkan di pasar tradisional atupun di departmen store.

Dengan mengetahui makanan-makanan sehat yang bermanfaat untuk melawan dampak buruk virus Covid-19 dan mengetahui anjuran AKG terhadap suatu zat gizi diharapkan masyarakat lebih selektif dalam menentukan menu makanannya sehari-hari selama masa pandemi ini berlangsung.

Apakah masyarakat telah mengonsumsi makanan sehat di masa pandemi ini?

Penelitian mengenai perubahan pola makan selama pandemi di Indonesia masih terus dilakukan. Baru-baru ini Yilmaz dkk (2020) mengamati perubahan pola makan 866 mahasiswa dan didapatkan data bahwa mahasiswa semakin memperhatikan kebersihan makanan dan lebih memilih makanan sehat.

Namun apakah ini juga diterapkan oleh masyarakat umum dengan berbagai latar belakang dan jenjang pendidikan? Hal ini masih perlu ditelaah lebih mendalam.

Apakah tantangan yang dihadapi masyarakat dalam mencari informasi mengenai makanan sehat?

Di era digital ini, masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Namun salah satu tantangan yang akan dihadapi masyarakat adalah kebingungan untuk menentukan informasi mana yang benar dan bisa digunakan oleh mereka. Tidak jarang informasi yang didapatkan dari sumber satu dengan sumber lainnya bertolak belakang dan menimbulkan kebingungan bagi pembacanya.

Dalam hal ini diperlukan peran dari seluruh elemen, masyarakat perlu dibekali kemampuan literasi informasi agar dapat menggunakan langkah-langkah yang benar dalam mencari informasi. Diperlukan juga dukungan bagi para pewarta untuk mendapatkan informasi dari ahli dan sumber yang terpercaya. Butuh dukungan bagi para ahli untuk memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (evidance based) dan dibutuhkan peran pemerintah terkait regulasi peredaran informasi di berbagai media baik online maupun offline

Oleh dr. Amelya Augusthina Ayusari MGizi SpGK

Mahasiswa Program Studi S3 IKM UNS

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Makanan Sehat untuk Melawan Pandemi Covid-19

https://www.tribunnews.com/tribunners/2021/07/05/makanan-sehat-untuk-melawan-pandemi-covid-19?page=2.

Editor: Sri Juliati