Semaraknya dunia penerbitan akhir-akhir ini tampaknya tidak dinikmati oleh penerbit perguruan tinggi (university press) di Indonesia. Situasi tersebut sangat ironis dengan kondisi di tahun 80-an. Gama Press misalnya, dikenal sebagai penerbit yang tidak hanya diakui oleh dunia akademis di dalam negeri, tetapi juga menjadi rujukan dunia kampus di mancanegara. . Tim P2M Universitas Sebelas Maret mengadakan kegiatan berupa pengabdian dengan judul DIGITAL PUBLISHING SEBAGAI MODEL INOVASI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA BERBASIS KETERAMPILAN MENULIS DAN MENERBITKAN KARYA ILMIAH SECARA ONLINE DALAM MEMPUBLIKASIKAN ASET INTELEKTUAL PERGURUAN TINGGI yang diketuai oleh Dr. Arif Setiawan, M.Pd. kegiatan ini dilaksanakan pada 22 April 2019 di UGM Press Yogyakarta.
Buku Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat karya Anak Agung Gde Agung saat itu mampu menggetarkan dunia ilmiah dan menjadi koleksi perpustakaan perguruan tinggi di luar negeri. Persoalan yang dihadapi penerbit perguruan tinggi secara umum antara lain pergantian pimpinan, kelemahan manajemen, keterbatasan dana dan peralatan, persoalan naskah, serta persoalan-persoalan internal lain yang bersumber dari kekurangpedulian lembaganya, akan pentingnya keberadaan lembaga penerbitan perguruan tinggi. Persoalan lain yang membuat penerbit perguruan tinggi tidak bisa bersaing dengan penerbit swasta adalah persoalan kepekaan terhadap keinginan pasar.
Sebenarnya permasalahan lain yang dihadapi perguruan tinggi di Indonesia lebih global dan kompleks, terutama dari sisi budaya menulis sendiri. Di samping berbagai persoalan di atas, kualitas sumber daya manusia yang ada di penerbit perguruan tinggi juga menjadi salah satu persoalan penting yang mengakibatkan penerbit perguruan tinggi kurang bisa berkembang. Hal ini bisa dilihat dari cara kerja, kualitas, dan tampilan dari produk-produk yang dihasilkan. Dalam hal desain dan lay out sampul buku, misalnya, buku-buku terbitan perguruan tinggi umumnya terlihat kaku dan tidak menarik. Akibatnya, meskipun buku itu sebenarnya isinya bagus, orang tidak ada yang mau beli karena tampilannya tidak menarik.
Kebijakan yang dianut DIKTI menginginkan agar setiap kegiatan penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi Indonesia paling sedikitnya dimuarakan pada salah satu dari empat produk kecendekiaan berikut: (1) artikel ilmiah yang diterbitkan secara terlaksana dalam berkala terakreditasi, (2) teknologi terterapkan sehingga memiliki kemanfaatan praktis yang nyata berupa teknik produksi, (3) paten, terutama paten yang bersifat inovatif sehingga laku karena memang dibutuhkan oleh industri, dan/atau (4) buku ajar yang didasarkan pada pengalaman dan hasil temuan penelitian. Gambaran di atas memberikan pemahan yang lebih jelas bahwa dunia penulisan dan penerbitan sangat prospektif. Oleh karena itu dengan adanya Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini memberikan lahan wirausaha bagi mahasiswa yang masih tetap berpengang pada hasil didikan di perguruan tinggi. Jenis usaha yang dikembangkan tetapi berkaitan dengan aset intelektual perguraun tinggi. Dengan usaha ini selain mendatangkan penghasilan secara materi juga memberikan kegiatan dalam pendokumentasian produk intelektual perguruan tinggi, Jadi aset intektual yang dihasilkan di perguruan tinggi tetap terjaga dan akan tetap diwariskan kepada generasi mendatang. Luaran dari PKM ini adalah artikel yang dipresentasikan dalam Internasional Conference Sewordfressh #1 dan buku modul luaran PKM tentang digital publishing untuk mahasiswa.