ABSTRAK
Havid Ardi. T141508004. “Model Penerjemahan Penanda Strategi Kesantunan pada Tindak Tutur Direktif dalam Novel dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia“. Promotor: Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. ; Co-promotor I: Prof. Dr. Djatmika, M.A., Ph.D.; Co-promotor II: Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model penerjemahan penanda kesantunan pada tindak tutur direktif yang terdapat dalam karya sastra yang dapat dijadikan panduan bagi penerjemah. Secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi jenis sub-ilokusi tuturan direktif dan penanda strategi kesantunan dalam novel Deception Point, (2) mengkaji teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan dalam dua versi novel terjemahan bahasa Indonesia, (3) mendeskripsikan dan mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada novel terjemahan akibat penerapan teknik penerjemahan, (4) mengevaluasi dampak penerapan teknik penerjemahan penanda strategi kesantunan terhadap kualitas terjemahan, (5) menghasilkan model penerjemahan penanda strategi kesantunan berdasarkan konteks sosial budaya bahasa sasaran dalam karya sastra dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sifat deskriptif dalam mengambarkan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan pada kedua novel dan dampak pemilihan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan. Penelitian ini melibatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari media yang berupa novel Deception Point bahasa sumber, dua versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia, teks terjemahan dari hasil penugasan penerjemahan, dan data afektif yang diperoleh dari informan melalui Focus Group Discussion (FGD) terkait penilaian kualitas terjemahan, translation techniques, dan pembahasan model yang dikembangkan. Data sekunder diperoleh dari informasi hasil penelitian lain. Berdasarkan data primer dan data sekunder dikembangkan prototipe hingga menjadi model penerjemahan penanda strategi kesantunan. Data penelitian dianalisis dengan analisis domain, taksonomi, komponensial dan analisis tema budaya.
Temuan pertama pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat delapan sub ilokusi tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi perintah, permintaan, saran, nasihat, instruksi, permisi, undangan, dan pertanyaan. Walaupun penanda strategi kesantunan yang digunakan pada kedelapan sub ilokusi tindak tutur direktif tersebut memiliki kemiripan, beberapa penanda tidak ditemukan pada tuturan tertentu. Seperti, penanda off record tidak ditemukan pada tuturan nasihat, instruksi, dan undangan karena tuturan tersebut perlu disampaikan dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan penafsiran oleh mitra tutur. Demikian pula strategi bald on record tidak ditemukan pada nasihat karena tingginya potensi mengancam muka mitra tutur sehingga perlu penggunaan mitigasi. Temuan kedua, terdapat 18 teknik penerjemahan yang digunakan pada kedua terjemahan, dengan kecenderungan metode komunikatif dan idiomatik, dan ideologi penerjemahan cenderung ke bahasa sasaran atau ideologi domestikasi.
Temuan ketiga, beberapa teknik penerjemahan menyebabkan pergeseran ilokusi, perubahan peringkat pemaksaan tindak tutur, pergeseran jarak sosial, dan pergeseran penanda strategi kesantunan. Beberapa pergeseran tersebut berdampak pada pergeseran karakterisasi tokoh dalam novel terjemahan. Pergeseran karakterisasi disebabkan oleh teknik modulasi, reduksi, dan adisi penanda kesantunan yang berpengaruh pada ilokusi, obligasi, dan konteks sosial. Temuan ini memberi informasi teknik yang perlu dihindari oleh penerjemah. Temuan keempat, kualitas kedua terjemahan relatif bagus. Terjemahan pertama (2006) memiliki skor kualitas yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan versi kedua (2015). Berdasarkan evaluasi kualitas terjemahan, teknik penerjemahan yang mempertahankan kualitas terjemahan penanda kesantunan adalah teknik padanan lazim, variasi, eksplisitasi, teknik peminjaman murni.
Temuan kelima adalah model penerjemahan yang direkomendasikan dalam penerjemahan penanda kesantunan tuturan direktif menggunakan ideologi domestikasi dengan metode idiomatik. Teknik yang direkomendasikan adalah teknik padanan lazim, variasi, eksplisitasi, peminjaman khususnya pada nama. Model ini mengarahkan penerjemah untuk menghindari teknik delesi, reduksi, adisi, dan modulasi karena dapat mengurangi kualitas terjemahan dan dapat menggeser karakterisasi tokoh. Pemilihan teknik dalam model ini dilakukan setelah melalui analisis konteks sosial (P, D, dan R) dan norma sosial yang berlaku dalam bahasa sumber sehingga karakterisasi tokoh dapat direkonstruksi dengan baik dalam bahasa sasaran.
Secara implikatif ditemukan bahwa penanda kesantunan yang digunakan oleh penulis karya sastra perlu dipertimbangkan dan diterjemahkan dengan baik karena penanda kesantunan tersebut berfungsi membentuk karakterisasi secara tidak langsung melalui ujaran dan menggambarkan situasi emosi penutur. Perbedaan norma budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran perlu dijembatani agar tidak terjadi pergeseran penggambaran tokoh karena perbedaan dampak strategi kesantunan pada bahasa sasaran pada penggambaran tokoh.
Kata Kunci: model penerjemahan, penanda kesantunan, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan, kualitas terjemahan.
ABSTRACT
Havid Ardi. T141508004. “Translation Model of the Markers of Politeness Strategy in the Directive Acts in the Novels from English into Indonesian. Dissertation of Doctor“. Promotor: Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. ; Co-promotor I: Prof. Dr. Djatmika, M.A., Ph.D.; Co-promotor II: Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
This study is intended to find out a model of translating the politeness markers in directive acts in literary works that can be used as a guideline for translators. Specifically, this study aims to: (1) identify the type of sub-illocution of directive act and the markers of politeness strategy in the novel Deception Point, (2) identify the translation techniques, methods and ideologies applied in two versions of Indonesian translation novels, (3) describe and identify shifting in the Indonesia translation versions as the effect of translation technique employed, (4) evaluate the impact of translation techniques employed to the markers of politeness strategy on the quality of the translation, (5) produce a model of translation of the markers of politeness strategy based on the socio-cultural context of the target language in the literary works from English to Indonesian.
This research is a qualitative research with descriptive nature in describing technique, method, and translation ideology used in both novels and the impact of translation techniques selected on translation quality. This research involved primary data and secondary data. Primary data were obtained from the media in the form of a source language novel and two Indonesian translation versions, translated texts from translation assignment, and affective data obtained from informants through Focus Group Discussion (FGD) related to translation quality assessment, translation techniques, and discussion on the developed translation model. The secondary data were obtained from the information of other research results. Translation model were developed from prototype model based on primary and secondary data. Research data were analyzed by domain analysis, taxonomy analysis, componential analysis, and cultural theme analysis.
The first finding of the study indicates that there are eight sub-illocution of directive acts found, i.e., command, requests, suggestions, advice, instructions, permissions, invitations, and questions. Although the politeness strategy markers used in the eight sub-illocution of speech acts have similarities, some of the markers are not found in particular speeches. For instance, off record markers are not found in the advice, instruction, and invitation since those utterances required clarity of information to avoid misinterpretation. Similarly, the bald on record strategy is not found in the advice since this this speech act potentially has high Face-Threatening Act (FTA). The second finding, it was found 18 translation techniques employed in the two translation version, that tend to be communicative and idiomatic methods, and the translation ideology of both translation versions tend to target language or the domestication ideology.
The third finding indicates that some translation techniques led to shift the illocution, the rank of imposition, the social distance, and the markers and politeness strategies. Some of those shifts eventually shifted the characterization of the characters in the novel. The shift of characterization is caused by the modulation, reduction, and addition of politeness markers which affect the illocution, obligation, and social contexts. These findings provide information that translators need to avoid those techniques in translating politeness markers. The fourth finding, both the translation versions are relatively good. The first translation version (2006) has a slightly higher translation quality score than the second version (2015). Based on the evaluation of translation quality, it was found that translation techniques that maintain the quality of translation are established equivalent technique, variation, explicitation, pure borrowing techniques.
The fifth finding is translation model recommended in translating politeness marker of directive acts apply domestication ideology with the idiomatic method. Recommended translation techniques are established equivalent technique, variation, explicitation, borrowing especially on name. This model also directs the translator to avoid deletion, reduction, additions, and modulation techniques since these techniques can reduce the translation quality and shift the characterization. The selection of this technique is specifically done after analyzing the social social context (P, D, and R) and social norms of source language that the characterization can be well reconstructed in the target language.
The research implies that the politeness markers used by literary authors need to be considered and translated well because the politeness markers function to characterize and describe the situation. The cultural differences and norms of source and target languages also need to be bridged in order to avoid a shift of characterization due to the differences of impact of politeness strategy in the target language on the characterization.
Keywords: translation model, politeness marker, translation technique, translation method, translation ideology, translation quality.