ABSTRACT
Joni. T131108003. “Pragmatics Studies Wise Speech “Peri Mestike” in Gayo Cultural”. Promotor: Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., Co-promotor 1: Prof. Dr. Sumarlam. M.S., Co-Promotor 2: Dr. Sri Marmanto, M.Hum., Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
The title of this research is Pragmatics Study of Wise Utterances of Peri Mestike in Gayonese culture. The purposes of this study are; (1) to describe the types of speech acts in the PM and to reveal the dominant speech acts in PM, (2) to formulate a strategy of cooperation and politeness in PM, (3) to describe the implicature and pragmatic force in PM. The method used in this study type inclusive in qualitative method. The data in this research are PM utterances and the sources of the data, are; (1) informants, (2) the speech event, (3) artifacts. Data analysis technique is based on to the forms and used of PM in the speech act. The data validity is checked based on the arguments obtained from the informants. Force, implicature, cooperative, and politeness are analyzed by insider perspective that is related to the speech context through the document. The result: (1) the types of speech acts are represented in PM and to reveals the dominant speech acts in PM, (a) the verdictive utterances amounting 110 (51%) the sub-utterances dominate in ‘forgiving’ there are to 36 (17%), (b) the expressive utterances there are 64 (30%) the sub-utterances dominate in ‘admitting’ there are 35 (16%). (c) the assertive utterances there are 22 (10%) the sub-utterances dominate in ‘reminding’ there are 7 (3%), (d) the phatic utterances there are 18 (9%) the sub-utterances dominate in ‘excuses’ there are 9 (4%). Speech acts which is dominated the PM utterances of Gayonese culture is the verdictive utterances are 110 (51%) from 214 PM utterances were found in three custom events and forgiving sub utterances accounted for 36 (17%); (2) to formulate a strategy of cooperation and politeness in PM, (a) cooperative formulating (1) singket, (2) pedet, (3) muwet, (4) muedet, realization of the principle of “Mukemmel” (shame), namely the dignity of each individual speaker, (b) politeness in the PM is to realize the value of “mutertip” (orderly) using speech language that avoids 4 the customary abstinence are (1) sumang opat, (2) kemali, (3) jis/jengkat, (4) madu niedet, in this way tend to use that form of the utterances are not match the form of speech and the speakers’ means, subtle, implicit, implicature, hedging, parables and metaphors; (3) Implicature and pragmatic force that exists in the PM formulated from nature, color, form, function and place object or objects referenced existence and mode of speech is different from the meaning and intent as well as the strategy of indirect speech acts and not literal.The findings of this study are based on the data and arguments, (1) The Speech tendency shown in PM utterances, (2) The Maxim of manner the PM wise utterances involving of internal cultural values “tertip” and “mukemel”, (3) the PM strategy in the directness and indirectness form, (4) The Sub of speech acts in the PM as the embodiment of Gayonese culture ethnic stereotypes, and (5) culture values “I langit bintang Pitu I bumi Kal Pitu Mata” as Platform of PM speech.
Key Words: pragmatics wises utterances, peri mestike, and Gayonese culture.
ABSTRAK
Joni. T131108003. “Kajian Pragmatik Tuturan Bijak “Peri mestike” dalam Budaya Gayo”. Promotor: Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., Ko-promotor 1: Prof. Dr. Sumarlam. M.S., Ko-Promotor 2: Dr. Sri Marmanto, M.Hum., Disertasi Program Doktor Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini berjudul Kajian Pragmatik Tuturan Bijak Peri Mestike dalam Budaya Gayo. Tujuan penelitian ini untuk; (1) Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan mengungkapkan tindak tutur-tindak tutur yang dominan dalam PM, (2) Memformulasikan strategi dan bentuk-bentuk kerja sama dan kesantunan yang ada di dalam PM, (3) Mengungkapkan alasan implikatur dan daya pragmatik yang ada dalam PM. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) simak, (2) catat, (3) wawancara, (4) rekam. Data dalam penelitian ini berupa tuturan PM dalam peristiwa adat; (1) pernikahan, (2) seni bertutur, dan (3) cerita rakyat. Sumber data yang digunakan; (1) responden, (2) peristiwa tutur, (3) Artefak. Teknik analisis data ditumpukan pada bentuk bahasa tutur PM yang digunakan dan diferifikasi berdasarkan insider persfektif. Keabsahan data diperiksa berdasarkan argumen yang diperoleh dari pihak autoritas. Daya, implikatur, PKS, dan PS dianalisis berdasarkan insider perspektif yang direlasikan dengan konteks pertuturan melalui dokumen. Hasil penelitian: (1) jenis tindak tutur yang direpresentasikan dalam PM, (a) bentuk tindak tutur verdiktif berjumlah 110 (51%) sub tindak tutur mendominasi ‘mema’afkan’ berjumlah 36 (17%), (b) bentuk tindak tutur ekspresif berjumlah 64 (30%) sub tindak tutur mendominasi ‘mengakui’ berjumlah 35 (16%), (c) bentuk tindak tutur asertif berjumlah 22 (10%) sub tindak tutur mendominasi ‘mengingatkan’ berjumlah 7 (3%), (d) bentuk tindak tutur fatis berjumlah 18 (9%) sub tindak tutur mendominasi ‘memafkan sebanyak 9 (4%). Tindak tutur yang mendominasi tuturan PM dalam budaya Gayo adalah bentuk tindak tutur verdiktif yang berjumlah 110 (51%) dari 214 tuturan PM yang ditemukan dalam tiga peristiwa adat dan sub tindak tutur mema’afkan berjumlah 36 (17%); (2) bentuk-bentuk kerja sama dan kesantunan yang ada di dalam PM, (a) kerja sama dalam PM berbentuk (1) singket, (2) pedet, (3) muwet, (4) muedet, realisasi dari prinsip “mukemel” (malu), yakni saling menjaga harga diri masing-masing peserta tutur, (b) kesantunan dalam PM ialah merealisasikan nilai “mutertip” (tertib) dengan menggunakan bahasa tutur yang menghindari 4 pantangan adat (1) sumang opat, (2) kemali, (3) jis/jengkat, (4) madu niedet, cara ini cendrung menggunakan bahasa tutur yang berbentuk tidak sesuai dengan bentuk tuturan dan maksud tujuan penuturnya, halus, implisit, berimplikatur, berpagar (hedging), perumpamaan, dan kias. (3) Implikatur dan daya pragmatik yang ada dalam PM terbentuk dari sifat, warna, bentuk, fungsi dan tempat, benda atau keberadaan benda yang diacu dan modus tuturan berbeda dengan makna dan maksudnya serta strategi tindak tutur tidak langsung dan tidak literal. Temuan dalam penelitian ini disimpulkan sebagai berikut; (1) kecendrungan bahasa tutur tidak langsung ditunjukan dalam tuturan bijak PM. (2) Maksim cara dalam tuturan bijak PM melibatkan nilai internral budaya “tertib” dan “mukemel”. (3) strategi bertutur PM dalam bentuk langsung dan tidak langsung. (4) Sub tindak tutur dalam PM sebagai perwujudan stereotip etnis budaya Gayo, dan (5) Budaya “I langit bintang pitu I bumi kal pitu mata” dalam tuturan bijak PM.
Kata Kunci: pragmatik, tuturan bijak, peri mestike, budaya Gayo.