Tindak Tutur Direktif Ayat-ayat Alquran Periode Makkah

ABSTRAK

Hanifullah  Syukri. T130908002. “Tindak Tutur Direktif Ayat-ayat Alquran Periode Makkah. Promotor: Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ; Co-promotor 1: Prof. Dr. Nashruddin Baidan., Co-promotor 2: Prof. Dr. H.D. Edi Subroto;  Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa penelitian yang berobjek kajian kitab suci adalah suatu hal yang penting, terutama dari bidang kelinguistikan. Pemakaian tuturan- tuturan tertulis dalam kitab-kitab tersebut mampu mengarahkan para pengikutnya untuk berpola hidup sebagaimana aturan-aturan yang tertulis di dalamnya. Dalam kaitan itu dapat dicermati pola hidup orang Islam yang menggunakan Alquran sebagai kitab sucinya, demikian pula orang Kristen dengan kitab Injil, dan orang-orang lain dengan kitab sucinya masing-masing.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) memerikan tindak tutur direktif sub tipe apa saja yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah, yang mencakup jenisnya dan pemerian pemarkah lingualnya; (2) memerikan bagaimana masing-masing sub tindak tutur direktif itu diugkapkan, baik secara langsung atau tidak langsung dan literal atau tidak literal; (3) mengungkapkan makna implikatur dan daya pragmatik masing-masing tindak tutur direktif tersebut; dan (4) menjelaskan tahapan-tahapan atau pola-pola interpretasi yang harus diupayakan agar pesan ayat-ayat Alquran periode Makkah itu dapat ditangkap secara komprehensif.
Jenis penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu memerikan  secara  rinci  dan  mendalam  tindak  tutur  direktif  yang  terdapat  dalam  ayat-ayat Alquran periode Makkah. Strategi penelitian kualitatif deskrptif ini dipilih karena yang dipentingkan dalam penelitian ini adalah deskripsi tentang mengapa dan bagaimana tindak tutur direktif itu dituliskan dalam ayat-ayat tersebut. Objek penelitian ini adalah perwujudan tindak tutur direktif beserta pemarkahnya dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah. Sumber data penelitian ini adalah Alquranul Karim, kitab suci bagi umat Islam, yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Data penelitian ini berupa satuan lingual-satuan lingual yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah yang di dalamnya terdapat tindak tutur direktif beserta pemarkahnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat, dengan mencermati satu per satu ayat-ayat yang terdapat dalam Alquran periode Makkah (yang meliputi 86 surat), memberi tanda-tanda khusus pada ayat-ayat tersebut, kemudian dilanjutkan  dengan  pencatatan  secara  cermat  atas  ayat-ayat  itu,  dan  dilanjutkan  dengan pemilahan (klasifikasi) terhadap ayat-ayat yang mengandung tindak tutur direktif tersebut, sehingga tercapai  penghitungan  berapa tindak  tutur direktif  yang masuk  dalam  tindak  tutur direktif memerintah, berapa pula yang masuk dalam tindak tutur direktif mengingatkan, dan seterusnya.  Analisis data dilakukan dengan  cara mengaitkan  teks-teks  ayat Alquran periode Makkah itu dengan konteks-konteks yang melingkunginya.
Temuan penelitian adalah berikut ini. Pertama, dari jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam  ayat-ayat  Alquran  periode  Makkah  itu  ditemukan  sebanyak  1686  buah  tindak  tutur direktif. Dari jumlah itu terbagi-bagi menjadi (1) tindak tutur direktif memerintah sebanyak 1043 buah (61,86 persen), (2) tindak tutur direktif melarang sebanyak 220 buah (13,05 persen), (3) tindak tutur direktif meminta sebanyak 17 buah (1,01 persen), (4) tindak tutur direktif mengingatkan sebanyak 287 buah (17,02 persen), (5) tindak tutur direktif mengajak sebanyak 5 buah (0,29 persen), (6) tindak tutur direktif menyarankan sebanyak 8 buah (0,47 persen), dan (7) tindak tutur direktif memohon sebanyak 106 buah (6,29 persen). Hal itu menunjukkan bahwa tindak tutur direktif memerintah adalah tindak  tutur direktif yang dominan dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa tindak tutur direktif memerintahlah yang paling bisa merubah keadaan masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang lebih baik dan tertata.
Temuan yang kedua adalah berkaitan dengan penggunaan tindak tutur direktif tersebut dikaitkan dengan cara penyampaiannya. Dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah ditemukan sebanyak 1686 tindak tutur direktif yang penyampaiannya terbagi menjadi empat macam, yaitu (1) tindak tutur direktif langsung-literal sebanyak 1475 buah (87,48 persen), (2) tindak tutur direktif langsung-tidak literal sebanyak 21 buah (1,25 persen), (3) tindak tutur direktif tidak langsung-literal sebanyak 175 buah (10,38 persen), dan (4) tindak tutur direktif tidak langsung- tidak literal sebanyak 15 buah (0,89 persen). Keadaan semacam itu menunjukkan bahwa jika dilihat  dari  cara  penyampaian  perintah  yang  terdapat  dalam  ayat-ayat  tersebut,  tindak  tutur direktif langsung-literal adalah tindak tutur direktif yang paling dominan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika ada sebuah masyarakat yang jahiliyyah dan ingin diadakan perubahan- perubahan pada masyarakat itu maka penggunaan aturan-aturan yang memanfaatkan tindak tutur direktif langsung-literal harus diutamakan.
Temuan ketiga adalah bahwa implikatur daya pragmatik yang terdapat dalam tindak tutur direktif ayat-ayat periode Makkah mendukung satu kekuatan untuk merubah masyarakat jahiliyyah (sebagaimana pernah terdapat di kota Makkah) menuju tatanan masyarakat yang lebih baik, baik dari tindak tutur direktif yang dominan atau pun yang tidak dominan.
Temuan keempat adalah upaya memahami perintah-perintah yang terdapat dalam tindak tutur direktif ayat-ayat Alquran periode Makkah perlu melibatkan konteks terkait secara maksimal, misalnya latar belakang turunnya suatu ayat tertentu, kisah-kisah yang mendukung keberadaan ayat itu, dan lain-lain.
Kata Kunci: tindak tutur direktif, ayat-ayat Alquran periode Makkah, implikatur daya pragmatik, perubahan kondisi masyarakat

 

ABSTRACT

Hanifullah  Syukri. T130908002. “Directive Illocutionary Acts on Holy Quran Verses in Mecca Period. Promotor: Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ; Co-promotor 1: Prof. Dr. Nashruddin Baidan., Co-promotor 2: Prof. Dr. H.D. Edi Subroto;  Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

 
This research is motivated by the point of view where the research using scriptures as the object of the study has an important role, especially in linguistics. Utterances written in the scriptures  are  able  to  lead  their  followers  to  have  their  lifestyle  based  on  the  scriptures. Therefore, it can be seen that Muslims’ lifestyle is affected by Holy Quran, a scripture of Islam. It  also  applies  to  Christians’ lifestyle based  on  Bible and  other religious  people’s  lifestyle following their own scriptures.
The study aims to (1) discover sub-types of directive illocutionary acts on Holy Quran verses in Mecca period, including types and linguistic marks; (2) find how each type of directive illocutionary acts is delivered, either it is direct, indirect, literal, or nonliteral; (3) reveal the implication and directive illocutionary force; and (4) explain phases or patterns of the interpretation intended to make Holy Quran verses in Mecca period can be understood comprehensively.
This research applies the descriptive qualitative research. It means the research provides and explores directive illocutionary acts on Holy Quran verses during Mecca period in detail. The qualitative  research  is  chosen  because  this  study  aims  to  find  why  and  how  directive illocutionary acts are expressed in verses. The object of the study is directive illocutionary acts and marks on Holy Quran verses in Mecca period. Meanwhile, this research uses Holy Quran, the Islamic scripture given by Allah to Prophet Muhammad, as the data source. Data consist of lingual units, which are directive illocutionary acts and its marks, found on Holy Quran verses in Mecca period. Meanwhile, this research applies observation and writing technique to collect the data. This technique was done by observing each verse of Holy Quran in Mecca period thoroughly (involving 86 chapters/surah),  giving particular marks on those verses, carefully taking notes of the verses, and classifying directive illocutionary acts found on verses. The classification shows how many acts considered as commanding, reminding, etc. This study uses the relation between texts on Holy Quran verses in Mecca period and their contexts to analyze data.
The research has four findings. First, there are 1686 directive illocutionary acts found on Holy Quran verses in Mecca period. The acts are divided into (1) commanding, which appears 1043 times (61,68 percent), (2) forbidding, which appears 220 times (13,05 percent), (3) requesting, which appears 17 times (1,01 percent), (4) reminding, which appears 287 times (17,02 percent), (5) inviting, which appears 5 times (0,29 percent), (6) suggesting, which appears 8 times (0,47 percent), and (7) begging, which appears 106 times (6,29 percent). It shows that commanding is the dominant directive illocutionary act on Holy Quran verses in Mecca period. In other words, commanding is the directive illocutionary act which can transform Jahiliyyah society into a better and civilized society.
The  second  finding  tells  about  the  use  of  directive  illocutionary  acts  based  on  how directive  illocutionary  acts  are  delivered.  There  are  four  types  of  how  1686  directive illocutionary acts are expressed on Holy Quran verses in Mecca period. They are (1) literal- direct, appearing 1475 times (87,48 percent), (2) nonliteral-direct, appearing 21 times (1,25 percent), (3) literal-indirect, appearing 175 times (10,38 percent), and (4) nonliteral-indirect, appearing 15 times (0,89 percent). Based on how commands are delivered on the verses, it can be seen that literal-direct illocutionary acts is the most dominant directive illocutionary acts among others. In conclusion, applying instructions containing literal-direct illocutionary acts are necessary to change Jahiliyyah society.
The third finding shows that the implication of directive illocutionary acts on verses in Mecca period supports the power to change Jahiliyyah society (which has existed in Mecca) into the better society, either using the dominant or non-dominant directive illocutionary acts.
The forth finding is to understand directive illocutionary acts containing commands on Holy Quran verses in Mecca period, it is needed to fully use any related contexts, such as the background of how a verse is delivered, the stories supporting the existence of the verse, and many more.
Keywords: directive  illocutionary acts,  Holy Quran  verses  in  Mecca  period,  implication  of illocutionary force, society change