Indonesian Metaphorical Linguistic Expressions: From Vision to Cognition (Cognitive Semantics Perspective)

ABSTRACT

Suparto. T110908006. Indonesian Metaphorical Linguistic Expressions: From Vision to Cognition (Cognitive Semantics Perspective). Promotor: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Co-promotor: Prof. Dr. H. D. Edi Subroto, Dissertation of Doctorate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

Traditionally metaphor is considered as something merely linguistic and rhetoric. Metaphor is considered not having relation to conceptual system of language speakers. The latest finding in cognitive linguistics is different from the traditional assumption. Metaphor is closely related to conceptual system of language speaker. In using language, Indonesians frequently use metaphorical linguistic expressions. The introspection of language speakers to their physiological and anatomical structures of their bodies inspires them to make their life experiences more meaningful. This concept is called embodiment. This research is addressed to uncover things related to how cross-domain mapping of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions are elaborated correctly in cognitive semantics perspective. Research data sources are from mainstream news portals. Those are: www.detik.com;, www.republika.co.id, and www.kompas.com. Conceptual metaphor theory is used as the theory to data analysis. Linguistic introspection is used as the method and technique of data analysis. Research findings show that the empowerment of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions is not something arbitrary. There is a systemic and systematic motivation of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions to be empowered metaphorically. The systemic and systematic motivation refers to the empowerment of certain dimensions of visual objects. The conceptual characteristics and motivations of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions manifested in or realization of conceptual metaphors are things having motivatedness of (1) function; (2) characteristics/values; (3) physical size; (4) identity; (5) physical form; and (6) mixture of physical form, characteristics, and function. Cross-domain mapping processes in the Indonesian visual metaphorical linguistic expressions occur through: (1) a source domain attaches to several target domains; and (2) several sources domains attach to a target domain. Linguistic phenomena demonstrating logical acceptability of several source domains refer to a target domain or a source domain refers to several target domains show that an Indonesian visual metaphoric expression has a more dominant certain dimension in comparison with other dimensions. It clearly indicates that there is a certain dimension that is highlighted and at the same time there is a certain dimension that is hidden. The dominance of a certain semantic dimension of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions inspires Indonesian speakers to empower them outside of their actual meanings. It is, then, logically formulated that a certain dimension from formal-actual meaning of a concept contributes to the meaningfulness of metaphorical linguistic expressions in addition to potential meaning, context, and creative potent of language speakers to language processing. Sytemically-conceptually-systematically, the meaningfulness of metaphorical linguistic expressions consists of four components: (1) certain semantic dimension of formal-actual meaning, (2) potential meaning, (3) context, and (4) creative potent of language speakers to language processing. I named this concept ‘quadric conceptual meaning hypothesis.’ Conceptual refers to encyclopedic entity. It means anything known by language speakers to a concept contributes to the meaning making of the concept. Quadric refers to the four elements constructing the meaning of Indonesian visual metaphorical linguistic expressions.

 

ABSTRAK

Suparto. T110908006. Ungkapan Linguistis Metaforis Bahasa Indonesia: Dari Visual ke Kognisi (Perspektif Semantik Kognitif). Promotor: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Ko-promotor: Prof. Dr. H. D. Edi Subroto, Disertasi Program Doktor Universitas Sebelas Maret.

Secara tradisional metafora dianggap sebagai sesuatu yang semata-mata linguistis dan retoris. Metafora dianggap tidak memiliki kaitan dengan sistem konseptual penutur bahasa. Temuan termutakhir di linguistik kognitif berbeda dengan anggapan tradisional. Metafora berkait erat dengan sistem konseptual penutur bahasa. Dalam berbahasa, orang Indonesia sering menggunakan ungkapan linguistis metaforis. Penghayatan penutur bahasa terhadap struktur fisiologis dan anatomis tubuh mereka mengilhaminya untuk menjadikan pengalaman hidupnya bermakna. Konsep ini dinamakan penjasadiahan (embodiment). Tulisan ini ditujukan untuk mengungkap hal-ihwal yang berkaitan dengan bagaimana pemetaan lintas domain ungkapan linguistis metaforis visual bahasa Indonesia diuraikan secara benar di dalam perspektif semantik  kognitif. Sumber data penelitian adalah portal berita dalam jaringan (online) arus utama, yaitu: www.detik.com; www.republika.co.id; dan www.kompas.com. Teori metafora konseptual digunakan sebagai pisau analisis. Penghayatan linguistis (linguistic introspection) digunakan sebagai metoda dan teknik analisis data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan suatu ungkapan linguistis metaforis visual tidak terjadi secara manasuka. Terdapat kebermotifan sistemis dan sistematis dari suatu unit lingual untuk diberdayakan secara metaforis. Kebermotifan tersebut mengacu kepada pemberdayaan dimensi semantis tertentu dari suatu benda visual. Ciri-ciri dan motivasi konseptual dari ungkapan linguistis metaforis visual bahasa Indonesia yang dinyatakan di dalam atau sebagai perwujudan dari metafora konseptual adalah sesuatu yang memiliki kebermotifan (1) fungsi; (2) sifat/nilai; (3) ukuran fisik; (4) identitas; (5) bentuk fisik; dan (6) bauran antara bentuk fisik, sifat dan fungsi. Proses pemetaan lintas domain di dalam ungkapan linguistis metaforis bahasa Indonesia terjadi melalui: (1) sebuah domain sumber melekat ke beberapa domain target, dan (2) beberapa domain sumber melekat ke sebuah domain target. Gejala kebahasaan yang menunjukkan keberterimaan nalari dari beberapa domain sumber merujuk ke sebuah domain target atau sebuah domain sumber mengacu ke beberapa domain target membuktikan bahwa suatu ungkapan linguistis metaforis visual memiliki dimensi semantis tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan dimensi semantis lainnya. Hal ini membuktikan bahwa terdapat dimensi semantis tertentu yang disoroti (highlighted), namun pada saat yang sama terdapat dimensi semantis tertentu yang disembunyikan (hidden). Kedominanan suatu dimensi semantis tertentu dari ungkapan linguistis metaforis menjadi ilham bagi penutur bahasa Indonesia untuk memberdayakannya di luar makna aktualnya. Dengan demikian, maka dimensi semantis tertentu dari makna formal-aktual suatu konsep memiliki sumbangan terhadap kebermaknaan makna ungkapan linguistis metaforis, selain makna potensial, konteks, dan potensi kreatif penutur bahasa untuk pemrosesan bahasa. Secara sistemis-konseptual-sistematis kebermaknaan makna ungkapan linguistis metaforis tersusun dari empat unsur: (1) dimensi semantis tertentu dari makna formal-aktual, (2) makna potensial, (3) konteks dan (4) potensi kreatif penutur bahasa untuk pemrosesan bahasa. Konsep ini saya namakan ‘hipotesis makna konseptual quadrik’ (quadric conceptual meaning hypothesis). Konseptual mengacu kepada keensiklopedisan makna. Keensiklopedisan makna merujuk kepada segala hal yang diketahui oleh penutur bahasa tentang suatu konsep berkontribusi terhadap pemaknaan konsep tersebut. Sedangkan quadrik mengacu kepada jumlah unsur pembentuk kebermaknaan makna ungkapan linguistis metaforis sebanyak empat.