Sekolah Pascasarjana, Sebanyak 1,3 milyar ton makanan terbuang tiap tahunnya pada skala global, sementara itu Indonesia menduduki posisi pertama sebagai produsen sampah makanan tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Menyikapi urgensi tersebut, maka Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) mengambil langkah dengan menyelenggarakan kuliah pakar nasional dengan mengundang tiga narasumber terkait penyelamatan pangan melalui pencegahan dan pengurangan food loss waste (FLW) dari beberapa instansi yang berbeda. Kuliah pakar nasional tersebut telah berlangsung dengan sukses pada hari Selasa (19/11/2024) di Aula Lantai 6 Gedung Sekolah Pascasarjana UNS dengan kehadiran lebih dari 100 mahasiswa Sekolah Pascasarjana, baik dari S2 Ilmu Gizi, S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, S2 Ilmu Lingkungan, S2 Penyuluhan Pembangunan, S3 Ilmu Lingkungan, hingga S3 Penyuluhan Pembangunan.

Kuliah pakar nasional bertemakan “Stop Boros Pangan: Bagaimana Sinergitas Pemerintah (Badan Pangan Nasional), Perguruan Tinggi (UNS) dan Pemerintah Daerah (Surakarta) Terhadap Ancaman Food Loss Waste dalam Upaya Mencapai SDGs?” diawali dengan sambutan oleh Wakil Dekan Bidang Non Akademik Sekolah Pascasarjana UNS, yakni Dr. Salman Alfarisy Totalia, S.Pd., M.Si. selaku ketua penyelenggara acara. Beliau dengan hangat menyambut ketiga pakar, yaitu Febrina Cholida, S.TP., M.Si. dari Badan Pangan Nasional, Kristiana Hariyanti, A.Pi., M.Si., M.M. dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta, serta Dr. Winny Swastike, S.Pt., M.P. dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan, Gizi, dan Kesehatan Masyarakat (P4GKM) LPPM UNS yang telah hadir dan bersedia menjadi narasumber untuk membagikan pengetahuan mereka. Setelahnya, Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si. selaku Dekan Sekolah Pascasarjana UNS membuka acara secara resmi serta menyampaikan apresiasi atas kehadiran para mahasiswa.

Febrina Cholida, S.TP., M.Si. memulai pemaparan dengan materi yang berjudul “Gerakan Selamatkan Pangan: Stop Boros Pangan untuk Pencegahan dan Pengurangan Food Loss and Waste”. Beliau menekankan bahwa arti dari istilah food loss adalah kehilangan pangan pada proses produksi, proses pascapanen dan penyimpanan, serta proses pemrosesan dan pengemasan, sedangkan arti dari istilah food waste adalah kehilangan pangan yang terjadi pada proses distribusi dan pemasaran serta proses konsumsi. Dalam hierarki upaya penyelamatan pangan, pencegahan terjadinya FLW menjadi prioritas utama yang paling dianjurkan dan melakukan pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan pilihan terakhir. Berdasarkan data, Indonesia telah berhasil mengurangi jumlah food loss namun jumlah food waste masih meningkat. Oleh karena itu, Indonesia menyusun Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Menuju 2045 berisikan 5 Strategi Penyelamatan Susut dan Sisa Pangan. Peran sivitas akademika yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengurangi FLW adalah: (a) Menjadi agen perubahan Stop Boros Pangan; (b) Menggencarkan sosialisasi/kampanye/edukasi Stop Boros Pangan; (c) Dukungan dalam penelitian dan inovasi teknologi; (d) Membangun sinergi dan kolaborasi dengan para pihak.

Selanjutnya, Dr. Winny Swastike, S.Pt., M.P. menyampaikan materinya yang berjudul “Peran Akademisi dalam Turut Serta Mendukung Stop Boros Pangan agar Tercapainya SDGs Melalui Pendekatan Ekonomi Sirkular”. Data menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat 5 besar negara di tingkat global yang memproduksi sampah makanan terbanyak. Beliau membagikan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi FLW, seperti dengan meningkatkan dan menyesuaikan mesin atau teknologi yang digunakan dalam proses panen dan penyimpanan, meningkatkan kualitas dalam hal sanitasi dan keamanan, melakukan penilaian dan pemilahan terhadap produk, mengembangkan metode pengawetan, memperbaiki kemasan, memperbaiki perilaku konsumen, membeli pangan sesuai kebutuhan, mengolah sampah dan memanfaatkannya untuk hal lain, hingga bersinergi dengan berbagai pihak lain. Beliau juga membagikan mengenai komoditas yang mengalami surplus dan defisit serta kaitannya dengan program makan bergizi gratis di Indonesia untuk tetap dapat menentukan variasi menu yang menarik dan tetap bernutrisi.

Sesi pemaparan materi terakhir dibawakan oleh Kristiana Hariyanti, A.Pi., M.Si., M.M. dengan materi berjudul “Stop Boros Pangan! Upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam Menghadapi Ancaman Food Loss Waste dalam Upaya Mencapai SDGs”. Beliau menyampaikan tentang sustainable development goals (SDGs), yakni komitmen global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dalam berbagai aspek dan Indonesia sendiri turut berkomitmen untuk berkontribusi dalam tujuan global tersebut. Tujuan SDGs ke-12 yang berbunyi ‘Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab’ sejalan dengan urgensi penyelamatan pangan melalui pencegahan dan pengurangan FLW. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam penanganan FLW adalah: (a) Merencanakan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) melalui Local Service Delivery Improvement Project (LSDP) Kementerian Dalam Negeri 2025; (b) Membahas Peraturan Wali Kota dalam pengelolaan FLW bagi pelaku usaha; (c) Mendampingi bank sampah dalam pengelolaan sampah makanan; (d) Mengelola sampah di PLTSa Kota Surakarta. Beliau kemudian mengakhiri sesi pemaparan dengan menyampaikan peluang sinergi Pemerintah Kota Surakarta, UNS, dan Badan Pangan Nasional, seperti pengadaan event ajakan Stop Boros Pangan!, peningkatan penelitian terkait FLW, dan penyusunan dokumen terkait timbulan sampah makanan di Kota Surakarta.

Pelaksanaan kegiatan kuliah pakar nasional dengan tagline ‘Stop Boros Pangan!’ diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sivitas akademika Sekolah Pascasarjana UNS berupa peningkatan pemahaman dan kewaspadaan terhadap urgensi kehilangan pangan yang mengancam Indonesia maupun seluruh dunia. Sinergitas dari berbagai pihak yang memiliki pengetahuan, semangat, kemampuan yang mumpuni, dan keyakinan kuat akan tekad dalam mencapai tujuan-tujuan SDGs adalah pemacu utama dalam upaya mewujudkan dunia yang sejahtera. Melalui kuliah pakar nasional ini, kesempatan berkolaborasi dari pemerintah, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah akan semakin terbuka lebar.