Sekolah Pascasarjana – Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan Kuliah Pakar dengan tema “Teknologi Zero Waste Masaro (Manajemen Sampah Zero)”. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Prof. Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D., Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung sekaligus CEO Masaro.id. Acara berlangsung pada hari Kamis (02/10/2025) di Aula Lantai 6 Gedung Pascasarjana UNS mulai pukul 08.30 WIB hingga selesai, dan dihadiri oleh dosen, mahasiswa pascasarjana, serta praktisi pengelolaan lingkungan.

Acara tersebut disambut baik oleh Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si., sekaligus membuka kegiatan. Kuliah pakar ini bertujuan memperluas wawasan akademik dan praktis terkait inovasi pengelolaan sampah berkelanjutan, khususnya melalui pendekatan zero waste yang kini menjadi urgensi global. Dengan meningkatnya volume sampah di Indonesia dan berbagai permasalahan terkait TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), diperlukan terobosan teknologi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi.

Dalam pemaparannya, Prof. Akhmad Zainal Abidin memperkenalkan konsep MASARO (Manajemen Sampah Zero) yang telah dikembangkan sejak tahun 2010. MASARO menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan sampah: “Pilah – Angkut – Proses – Jual”. Sistem ini berbeda dengan metode konvensional yang selama ini hanya menekankan pada “Kumpul – Angkut – Buang”, yang berujung pada penumpukan sampah di TPA. Melalui MASARO, sampah tidak lagi dipandang sebagai beban pembangunan (cost center), tetapi dapat menjadi modal pembangunan (profit center).

Prof. Zainal menekankan bahwa teknologi MASARO mampu mengolah berbagai jenis sampah, baik yang mudah membusuk maupun yang tidak mudah membusuk, dengan menghasilkan produk bernilai ekonomi. Beberapa produk unggulannya antara lain POCI (Pupuk Organik Cair Istimewa), KOCI (Konsentrat Organik Cair), kompos berstandar SNI, pestisida organik, hingga energi dari insinerasi ramah lingkungan.

Lebih jauh, MASARO telah diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia seperti Gorontalo, Borobudur, Klaten, Lombok Barat, hingga Toraja Utara, dengan kapasitas pengolahan yang bervariasi dari skala kecil hingga menengah. Sistem ini terbukti mampu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), meningkatkan kualitas pertanian, serta mendukung ketahanan pangan.

Inovasi Teknologi dan Dampak Lingkungan

Beberapa keunggulan teknologi MASARO antara lain:

  • Pengolahan cepat dan tanpa bau – sampah organik dapat diproses menjadi kompos hanya dalam 1–10 hari.
  • Insinerasi pada suhu tinggi (800–1200°C) dengan sistem pembersihan asap dua tahap, sehingga bebas residu dan memenuhi baku mutu lingkungan.
  • Hemat lahan dan biaya operasional, berbeda dengan metode konvensional yang membutuhkan area luas dan investasi tinggi.
  • Produk bernilai tambah – hasil olahan dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, peternakan, hingga perikanan.

Prof. Zainal juga menyampaikan hasil penelitian lapangan, misalnya pada budidaya padi dan jagung di Indramayu, pemakaian teknologi MASARO terbukti meningkatkan produktivitas panen hingga 60%, menurunkan biaya produksi, serta mempercepat masa panen. Pada sektor peternakan, penggunaan produk MASARO meningkatkan bobot sapi 30–45 kg per bulan dengan biaya pakan lebih rendah. Bahkan di bidang perikanan, kolam lele yang menggunakan teknologi MASARO tidak berbau, dengan tingkat kematian ikan sangat rendah.

Teknologi MASARO telah memperoleh rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai salah satu sistem pengolahan sampah yang dapat diterapkan secara nasional. Dengan model sirkular ekonomi yang ditawarkan, MASARO diyakini mampu berkontribusi dalam pencapaian target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya dalam bidang lingkungan hidup dan energi bersih.

Pada sesi diskusi, peserta kuliah pakar aktif memberikan pertanyaan seputar implementasi teknologi, tantangan di lapangan, serta peluang kerjasama riset dan pengembangan. Diskusi yang berlangsung dinamis ini menunjukkan antusiasme civitas akademika terhadap isu manajemen sampah sebagai salah satu krisis lingkungan global yang mendesak untuk ditangani.

Melalui kegiatan kuliah pakar ini, Program Studi Ilmu Lingkungan UNS menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan forum ilmiah yang menghadirkan pakar-pakar nasional. Diharapkan, pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan oleh Prof. Akhmad Zainal Abidin dapat menjadi inspirasi sekaligus dasar pengembangan riset serta praktik pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan demikian, perguruan tinggi, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dapat bersinergi menuju pengelolaan lingkungan yang lebih berkelanjutan.